Senin, 18 Juli 2016

Separuh Jiwaku Tertinggal Dikampung Perjuangan

Posted by iqbal ali wafa On 07.40 | No comments

Kampung perjuangan, taka asing terdengar oleh para pemburu kehidupan. Entah ilmu ataupun harta untuk memmenuhi kebutuhan hidup. Kampong perjuangan kebanyakan jauh dari kampong halaman bisa luar pulau atau luar negeri. Kadang dikampung perjuangan malah menjadi kampong halaman. Mengapa tidak, dikampung perjuangan ternyata mampu menjadi penduduk setempat entah didapat karena mendapatkan pekerjaan atau menemukan pasangan hidup di kampong perjuangan. Banyak cerita yang dapat kita dengardari kerabat dekat. Mereka saling bertemu ketika dikampung perjuangan, entah saat menempuh pendidikan atau sekedar bekerja. Kadang dapat menemukan kampong halamanya lagi, kadang tidak. Artinya jarang pulang ke kampong halaman karena kesibukan di kampong perjuangan sehingga waktu yang terbatas untuk kembali ke kampong halaman.
Sedikit kisah dimana diambil dari kisah pribadi pada puasa ramadlan tahun 2016. Sepanjang bulan ramadlan, doa setelah sholat ditambah dan lebih khusus. Mengapa demikian, beberapa hari hati ini gundah karena hati ini sedang bersua dengan hati orang lain. Entah saling tertarik atau hanya hati ini yang tertarik. Bahasa anak gaulnya “bertepuk sebelah tangan”. Gimana coba peasaanya ketika sedang jatuh cinta di kampong perjuangan ?
Dalam adab belajar, ada beberapa sebab yang mempengaruhi penguasaan ilmu. Salah satunya adalah gangguan hati alias gundah karena memikirkan sang kekasih hati yang tak jelas statusnya. Dalam doa tersebut menjadi “ ya allah jika ia memang jodohku, pertemukanlah kami dengan Cara-Mu dan jika ia bukan jodohku, berikanlah jodoh yang jauh lebih baik tinimbang dia”.
Berdoa, tugas kita adalah berdoa dan berusaha. Benar to? Kita berdoa. Masih ragu, dikabulkan apa tidak? Masih yakin kalau dia adalah jodohmu walaupun sekarang masih pacaran?. Mending berdoa yang baik saja daripada mendahului takdir atau menebak-nebak takdir. Kok bisa seperti itu? Iya, sebab terlalu yakin kalau ia jodoh kita dan sekarang lo masih belum jelas, lamaran ? belum. Kenalan ke orang tua aja boro boro.
Iya sih, kemarin sempat gundah karena si dia. Jatuh hati pada orang yang belum tentu sama jatuh hatinya ke kita. Lalu apa yang bisa kita perbuat? DOA, mungkin itu solusinya yang paling mudah. Apa lagi kita masih berada di kampong perjuangan, mencari ilmu menari bekal dan mencari ridlo Tuhan pastinya. Lalu pertanyaanya, doanya harus menggunakan bahasa arab? Tidak. Pakai bahasa yang kita bisa aja. Pelan pelan agar sopan, masak minta kok keras keras dan berhadatz pula. Hahaha
Melanjutkan cerita lagi, setelah liburan panjang dan jarang sekali berkomunikasi denganya. Kini sudah mulai biasa, walaupun terkadang ingin menghubungi melalui telefon atau sekedar sms. Namun, jarang dibales. Hahaha. Lalu kegundahan yang dulu parah, kini biasa dan bahkan sering lupa. Mengapa demikian? Entah karena tidak ada respon atau karena yang lain, atau jangan jangan aku takut ya? Hahaha.
Sesekali aku membuka buku tentang doa yang mana doa yang kita panjatkan pada Allah pati dikabulkan. Kita tidak boleh berputus asa (Mutiara Hikmah Ke 6 Dari Kitab Al Hikam). Allah pasti menjamin akan dikabulkanya doa kita sesuai dengan kehendak-Nya. Belum tentu yang menurut kita baik tapi disisi Allah juga baik dan sebaliknya serta Allah akan mengabulkan sesuai dengan waktu yang dikehendaki-Nya bukan waktu yang kita kehendaki. Dalam surat Al-Mukmin ayat 6 juga diterangkanbahwa kita disuruh berdoa dan Allah akan mengabulkanya. Allah akan memberikan dan memilihkan yang terbaik untuk kita meskipun belum tentu sesuai dengan kita. Lawong doa nabi musa saja dikabulkan setelah 40 Tahun, apa lagi kita? Manusia biasa.
Nah, biarpun belahan hati tertinggal di kampung perjuanagan tak apalah. Berarti bukan dia dan pasti akan diganti yang lebih sesuai dan baik untuk kita serta akan diberikan pada waktu yang tepat. Benarkan ? dan aku punya sedikit kata-kata untuknya “hai, aku suka kamu karena tuhanmu kan ku pinang kau karena tuhanku dan ketahuilah tantangan didepan lebih berat dari bayangan kita”.

Malang, 15 Juli 2016

Iqbal ali wafa .red)

Unordered List

Labels