Seorang anak lari dan tersandung gundukan
tanah didepan rumah. Ia menangis dengan keras, sang ibu yang berada tak jauh
dengannya sengaja hanya melihat dari jauh. Memerhatikankondisi anaknya yang
terjatuh. Usia belia yang sedang elajar berlari memang identik dengan jatuh dan
bangun. Ibu melatih anaknya agar tidak cengeng. Keadaanya tidak begitu
memahayakan, hanya lecet biasa. Tak lama kemudian anaknya kemali berdiri dan
mencoba berlari. Butuh yang namanya latihan agar anak tidak mudah cengeng. Jika
sang ibu langsung mendatangi anaknya yang sedang menangis karena terjatuh, bisa
dipastikan tangisanya semakin keras. Iya, itu sebabnya orang tua perlu
melatihnya.
Coba bayangkan jika anak kita mudah sekali
menangis, orang tua pasti geram. Sebaliknya, jika orang tua memiliki anak yang
tangguh dan tak mudah cengeng, pasti akan ada kebanggan tersendiri. Dalam
acara-acara tertentu, ketika mendengar anak kita menangis pasti hal yang
pertama dirasakan adalah takut mengganggu orang lain dan terkadang sulit
membujuk anak untuk diam.
Selain melatih agar tidak cengeng, perlu
memberikan ciuman motivasi. Memang kita anggap hal sepele, namun pengaruh yang
ditimulkan luar biasa. Anak akan merasakan kasih sayang orang tuannya, rasa
aman dan yang paling penting adalah kedekatan anak dan orang tua. Saat anak
mencoba berjalan dengan tegap, lalau tiba-tiba terjatuh dan berdiri kemali. Ini
adalah proses belajar berjalan pertama dan perlu dukungan dari orang tua.
Dukunan terseut adalah dengan cara memberikan ciuman moivasi. Setelah berjalan
dan berlari ke arah ibu atau ayahnya, perlu ajak yang komunikasi dan saat
itulah ciuman motivasi diberikan oleh orang tua. Dengan bertanya “tadi adek
tejatuh ya? Ndak papa kan? Mana – mana yang sakit?” anak akan sedikit bercerita
dan proses inilah yang sangat dibutuhkan. Yakni komunikasi untuk melatih
berbicara. Karena pada usia usia 2-6 tahun, proses perkembangan otak
sebesar 75 persen. Dan setelahnya akan berkembang sebesar 25 persen.
Malang, 16 February 2017
0 komentar:
Posting Komentar