Senin, 15 September 2014

perbedaan filsafat, pengetahuan dan agama

Posted by iqbal ali wafa On 06.57 | No comments



BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Ilmu adalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, pengetahuan mana selalu dapat diperiksa dan ditelaah dengan kritis oleh setiap orang lain yang mengetahuinya. Itulah sebabnya syarat – syarat ilmu harus memiliki objek, terminology, metodologi, filosofi dan teori yang khas atau memiliki objek, metode, sistematika yang khas dan musti universal.

Akal dipergunakan dengan mengoperasionalkan otak, berusaha mencari kebenaran sesuai dengan kemampuan ilmu pengetahuan kita masing – masing. Hal ini akan menimbulkan logika yang menjadikan kita seorang intelektual karena dapat membedakan antara yang benar dengan yang salah secara tepat.
Ilmu ataupun masuk akal yaitu sesuatu yang berhubungan dengan cara berfikir, dengan demikian logika  merupakan suatu teknik yang mementingkan segi formal ilmu pengetahuan, karena dalam logika kita harus menghormati berbagai cara, aturan, teori, dan metode agar suatu pernyataan menjadi syah.
Apabila ilmu itu bebas nilai disebut sebagai secular, maka akan terjadi ketiranian karena nilai adalah gagasan berharga yang indah dan baik. Seorang ilmuwan secular dapat saja berkata benar tetapi tidak baik dan tidak indah. Misalnya ketika yang bersangkutan mengucapkan untuk tidak terkena penyakit kelamin maka pakailah kondom untuk bersetubuh dengan seorang pelacur. Perkataan ini benar secara logika, namun tidak baik secara moral dan tidak indah dalam seni bergaul. Kata – kata tersebut lebih tidak bernilai moral bila diucapkan seorang Menteri Kesehatan atau pakar seksiologi popular, sebagai antara logika, etika, dan estetika harus berdialektika sebagaimana yang akan penulis uraikan berikutnya secara filosofi.


B.        Rumusan Masalah
1.         Apa pengertian dan definisi filsafat ?
2.         Apa pengertian ilmu pengetahuan ?
3.         Apa peran filsafat  dalam  ilmu pengetahuan?

C.       Tujuan Penulisan
1.         Untuk mengetahui pengertian dan definisi filsafat.
2.         Untuk mengetahui pengertian ilmu pengetahuan.
3.         Untuk mengetahui peran filsafat dalam ilmu pengetahuan.
















BAB II
PEMBAHASAN

A.       Pengertian dan Definisi Filsafat
Filsafat adalah berpikir dan merasa sedalam – dalamnya terhadap segala sesuatu sampai kepada inti persoalan. Filsafat berasal dari kata Yunani yang tersusun dari dua kata yaitu philos dan Sophia. Philos berarti senang, gemar, atau cinta; sedangkan Sophia dapat diartikan sebagai kebijaksanaan. Dengan begitu filsafat dapat diartikan sebagai suatu kecintaan kepada kebijaksanaan.
Kata lain dari filsafat adalah hakikat dan hikmah, jadi kalau ad orang yang mengatakan “ Apa hikmah dari semua ini?”, berarti mencari latar belakang terdalam kejadian sesuatu itu terjadi, yang dalam filsafat disebut dengan ontology, epistemologi, dan aksiologi.
Hakikat dan hikmah merupakan dua nama Al – Qur’an di samping Alfurqan (pembeda), dan dengan demikiankitab suci ini juga berarti filsafat. Oleh karena itu umat islam yang menolak filsafat sakan secara tidak sengaja menolak Alqur’an itu sendiri yang mengkaji kehidupan ini secara mendalam, bukan paksaan, dan secara seimbang mendialektikakan logika, etika, dan estetika.[1]
Sedangkan menurut para tokoh mendefinisikan filsafat sebagai berikut :
1.      Para filusuf pra – socrate
Filsafat adalah ilmu yang berupaya untuk memahami hakikat alam dan realitas dengan mengandalkan akal budi.
2.      Plato
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni.
3.      Aristoteles
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang senantiasa berupaya mencari prinsip –prinsip dan penyebab – penyebab dari realitas yang ada.

4.      Rene Descarte
Filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal penyelidikannya adalah mengenai Tuhan, alam, dan manusia.
5.      William James
Filsafat adalah suatu upaya yang luar biasa hebat untuk berpikir yang jelas dan terang.
6.      R.F. Beerling
Filsafat adalah mempertanyakan tentang seluruh kenyataan atau tentang hakikat, asas, prinsip dari kenyataan.
7.      Louis O. Kattsoff
Filsafat merupakan suatu analisis secara hati – hati terhadap penalaran – penalaran mengenai suatu maasalah, dan penyusunan secara sengaja serta sistematis suatu sudut pandangan yang menjadi dasar suatu tindakan.
8.      Harold H. Titus
Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis.
9.      Poedjawijatno
Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki keterangan yang sedalam – dalamnya.
10.  Sidi Gazalba
Filsafat adalah system kebenaran tentang segala sesuatu yang dipersoalkan sebagai hasil dari berpikir secara radikal, sistematis, dan universal.
11.  Lorens Bagus
Filsafat adalah upaya untuk menyajikan suatu pandangan sistematik dan lengkap tentang seluruh realitas.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa filsafat ialah proses berpikir sistematis, radikal, dan universal terhadap segala yang ada dan mungkin ada.[2]



B.        Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu Pengetahuan adalah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu system mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian – bagian dan hokum – hokum tentang hokum ikhwal yang diselidikinya sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu penginderaannya, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset dan eksperimental.[3]
Orang yang sudah tahu sudah barang tertentu berbeda dengan orang yang tidak tahu. Ada beberapa jenis untuk membedakan orang yang tahu dengan yang tidak tahu; pertama berdasarkan tingkat pengetahuan orang tersebut, sedangkan kedua berdasarkan luasnya wilayah jangkauan sesuatu yang perlu diketahui.
Berdasarkan tingkat pengetahuan seseorang dapat dibagi menjadi empat kriteria,yaitu diantaranya ialah :
1.         Orang yang tahu di tahunya
Yaitu orang yang sadar behwa dirinya mengerti, dengan begitu yang bersangkutan dengan lapang dada menjelaskan kepadaborang lain yang tidak tahu.

2.         Orang yang tahu di tidak – tahunya
Yaitu orang yang sadar bahwa dirinya tidak mengerti, dengan begitu yang bersangkutan akan belajar agar selanjutnya menjadi tahu.



3.         Orang yang tidak tahu di tahunya
Yaitu orang yang tidak sadar bahwa dirinya sebenarnya sudah cukup banyak pengetahuanya, dengan begitu yang bersangkutan biasanya tidak percaya diri.

4.         Orang yang tidak tahu di tidak – tahunya
Yaitu orang yang tidak sadar bahwa dirinya sebenarnya tidak tahu apa – apa, dengan begitu yang bersangkutan biasanya sombong dan tidak sadar diri.
        Berdasarkan luasnya wilayah yang perlu diketahui, menurut Joseph Luth dan Harrington  Ingham dalam Joharry Window dibagi atas, sebagai berikut :
1.         Saya tahu orang lain juga tahu
2.         Saya tahu tetapi orang lain tidak tahu
3.         Saya tidak tahu tetapi orang lain tahu
4.         Saya tidak ahu dan orang lain juga tidak tahu.
Pada prinsipnya tahu itu adalah terdiri dari sebagai berikut :
1.         Tahu mengerjakan (know to do)
2.         Tahu bagaimana (know how)
3.         Tahu mengapa (know why)
Itulah sebabnya kmudian lahir berbagai kajian pokok dalam pengetahuan antara lain ontology, epistemology, dan aksiologi.
        Ontology adalah teori tentang ada dan realitas. Meninjau persoalan secara ontologis adalah mengadakan penyelidikan terhadap sifat dan realitas dengan refleksi rasional serta analisis dan sintetis logika. Jadi yang pertamadalam pengetahuan dikenal dulu mengenai “ada” dan “apa” tentang sesuatu hal.
        Epistemology adalah bagaimana sesuatu datang dan bagaimana kita mengetahuinya, serta bagaimana kita membedakanya dengan yang lain. Bagaimana adalah pertanyaan yang berkaitan dengan keadaan, yang berkenaan dengan situasi dan kondisi dimensi ruang dan waktu sesuatu tersebut.
        Aksiologi adalah penerapan pengetahuan, jadi dibahas mulai dari klasifikasinya, kemudian dengan melihat tujuan pengetahuan itu sendiri, akhirnya dilihat perkembangannya.
Ilmu adalah suatu objek yang memiliki sekelompok prinsip, dalil, rumus, yang melalui percobaan sistematis dan dilakukan berulang –  kali, telah teruji kebenaranya; prinsip – prinsip, dalil – dalil, rumus – rumus mana dapat diajarkan dan dipelajari (Sondang P. Siagian).
Ilmu adalah pengetahuan yang tersusun sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, pengetahuan mana selalu dapat diperiksa dan ditelaah dengan kritis oleh setiap orang lain yang mengetahuinya (Soerjono Soekanto). Itulah sebabnya syarat – syarat ilmu harus memiliki objek, terminology, metodologi, filosofi dan teori yang khas (Prajudi Atmosudirdjo) atau memilliki objek, metode, sistematika yang khas dan musti universal (Hadari Nawawi).
Ilmu adalah setiap pengetahuan dimana masing – masing bagian bergantungan satu sama lain yang teratur secara pasti menutut azas – azas tertentu (Van Paolje). Ilmu sebagai sekelompok pengetahuan teratur yang membahas sesuatu sasaran tertentu dengan pemusatan perhatian kepada satu atau segolongan masalah yang terdapat pada sasaran itu untuk memperoleh keterangan – keterangan yang mengandung kebenaran 9The Liang Gie).
Pengetahuan (knowledge)yang dapat dikenal (identify), dapat diterangkan (explain), dapat dilukiskan (describe), dapat diperkirakan (predict), dapat dianalisis (diagnosis), dan dapat diawasi (control) akan menjadi suatu ilmu (science), (Taliziduhu Ndraha).
Dari pendapat tersebut diatas maka setiap ilmu sudah pasti pengetahuan, tetapi setiap pengetahuan belum tentu sebagai ilmu, kemudian syarat yang paling penting untuk keberadaan suatu pengetahuan disebut ilmu adalah adanya objek, baik objek material maupun objek formal. [4]


C.       Peran Filsafat  dalam Ilmu Pengetahuan

1.      Filsafat sebagai ilmu
Keberadaan filsafat sebagai ilmu sejalan denngan pengertian filsafat tersendiri mengandung beberapa hal yang berbentuk pertanyaan ilmiah yaitu, apa, mengapa, kemana, dan bagaimana.pertanyaan yang muncul akibat dari pertanyaan dimaksud bersifat deskriptif.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ilmu – ilmu selain filsafat bertolak dari tidak mengetahui menjadi mengetahui, sedangkan filsafat bergerak dari tahu menjadi lebih tahu dan selanjutnya mengetahui hakekat. Untuk mengetahui pengtahuan yang bersifat hakekat, harus didahului dengan abstraksi, berupa tindakan akal untuk menghilangkan keadaan atau sifat – sifat yang secara kebetulan.
2.      Filsafat sebagai metode berfikir
Berpikir secara filosofi dapat diartikan sebagai metode berfikir yang radikal, sangat mendalam sampai kepada hakekat dan menyeluruh atau dari sudut pandang ilmu pengetahuan. Cara berfikir demikian merupakan langkah untuk berfikir secara tepat dan benar serta dapat dipertanggungjawabkan, hal tersebut dilakukan dengan berbagai syarat yaitu :
a.       Harus sistematis pengaruhi oleh keadaan dirinya;
b.      Harus konsepsional;
c.       Harus koheren;
d.      Harus rasional;
e.       Harus sinoptik;
f.       Harus berorientasi kepada pandangan dunia.
3.      Filsafat sebagai suatu sikap dan metode
Filsafat adalah suatu sikap terhadap kehidupan manusia dan alam lingkungnnya. Hal itu terbukti jika seseorang dihadapkan kepada berbagai persoalan yang sulit atau kritis, maka kepada filsafat dapat diajukan bagaimana anda menanggapi hal itu.
Filsafat sebagai suatu metode artiys sebagai cara berpikir secara reflektif, penyelidikan yang menggunakan alas an, berfikir secara hati – hati dan teliti. Filsafat berusaha untuk memikirkan seluruh pengalaman manusia secara mendalam dan jelas. Metode berfikir semacam ini bersifat inklusif dan synaptic. Berpikir dalam bentuk ini berbeda dengan metode pemikiran yang dilakukan oleh ilmu – ilmu khusus.[5]

BAB III
PENUTUP

A.       Simpulan
Filsafat adalah berpikir dan merasa sedalam – dalamnya terhadap segala sesuatu sampai kepada inti persoalan. Filsafat berasal dari kata Yunani yang tersusun dari dua kata yaitu philos dan Sophia. Philos berarti senang, gemar, atau cinta; sedangkan Sophia dapat diartikan sebagai kebijaksanaan. Dengan begitu filsafat dapat diartikan sebagai suatu kecintaan kepada kebijaksanaan. Ilmu Pengetahuan adalah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu system mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian – bagian dan hokum – hokum tentang hokum ikhwal yang diselidikinya sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu penginderaannya, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset dan eksperimental.

         Peranan filsafat dalam ilmu pengetahuan adalah filsafat memberi penilaian tentang sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan pengetahuan manusia guna mencapai kebenaran tapi filsafat tidak ikut campur dalam ilmu-ilmu tersebut dimana filsafat selalu mengarah pada pencarian akan kebenaran. Pencarian itu dapat dilakukan dengan menilai ilmu-ilmu pengetahuan yang ada secara kritis sambil berusaha menemukan jawaban yang benar. Tentu saja penilaian itu harus dilakukan dengan langkah-langkah yang teliti dan dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Penilaian dan jawaban yang diberikan filsafat sendiri, senantiasa harus terbuka terhadap berbagai kritikan dan masukan sebagai bahan evaluasi demi mencapai kebenaran yang dicari.





B.     Saran
Jadi peran filsafat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dijaman modern ini sangat penting, guna untuk mensistematisasikan apa yang diketahui manusia dan mengorganisasikan proses pencariannya, ilmu-ilmu pengetahuan banyak membantu manusia mengatasi berbagai masalah kehidupan, serta untuk mengatasi suatu masalah, ilmu-ilmu pengetahuan membutuhkan filsafat. Dalam hal inilah filsafat menjadi hal yang penting.





















DAFTAR PUSTAKA


AM, M.Ag., Prof. Dr. H. Suhar. 2009. Filsafat Umum Konsepsi, Sejarah dan Aliran. Jakarta : GP Press.
Maksum, Ali. 2008. Pengantar Filsafat. Jogjakarta : Ar – Ruzz Media.
Syafiie, Inu Kencana. 2004. Pengantar Filsafat. Bandung: Refika Aditama.
















[1] Pengantar Filsafat (2004:1)
[2] Pengantar Filsafat(2008:17)
[3] Filsafat Umum (2009:36)
[4] Pengantar Filsafat (2004:23)
[5] Filsafat Umum(2009:31)

0 komentar:

Posting Komentar

Unordered List

Labels