BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ilmu adalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan
menggunakan kekuatan pemikiran, pengetahuan mana selalu dapat diperiksa dan
ditelaah dengan kritis oleh setiap orang lain yang mengetahuinya. Itulah
sebabnya syarat – syarat ilmu harus memiliki objek, terminology, metodologi,
filosofi dan teori yang khas atau memiliki objek, metode, sistematika yang khas
dan musti universal.
Akal dipergunakan dengan mengoperasionalkan otak, berusaha mencari
kebenaran sesuai dengan kemampuan ilmu pengetahuan kita masing – masing. Hal
ini akan menimbulkan logika yang menjadikan kita seorang intelektual karena
dapat membedakan antara yang benar dengan yang salah secara tepat.
Ilmu ataupun masuk akal yaitu sesuatu yang berhubungan dengan cara
berfikir, dengan demikian logika
merupakan suatu teknik yang mementingkan segi formal ilmu pengetahuan,
karena dalam logika kita harus menghormati berbagai cara, aturan, teori, dan
metode agar suatu pernyataan menjadi syah.
Apabila ilmu itu bebas nilai disebut sebagai secular, maka akan
terjadi ketiranian karena nilai adalah gagasan berharga yang indah dan baik.
Seorang ilmuwan secular dapat saja berkata benar tetapi tidak baik dan tidak
indah. Misalnya ketika yang bersangkutan mengucapkan untuk tidak terkena
penyakit kelamin maka pakailah kondom untuk bersetubuh dengan seorang pelacur.
Perkataan ini benar secara logika, namun tidak baik secara moral dan tidak
indah dalam seni bergaul. Kata – kata tersebut lebih tidak bernilai moral bila
diucapkan seorang Menteri Kesehatan atau pakar seksiologi popular, sebagai
antara logika, etika, dan estetika harus berdialektika sebagaimana yang akan
penulis uraikan berikutnya secara filosofi.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dan definisi filsafat ?
2.
Apa pengertian ilmu pengetahuan ?
3.
Apa peran filsafat dalam
ilmu pengetahuan?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui pengertian dan definisi filsafat.
2.
Untuk mengetahui pengertian ilmu pengetahuan.
3.
Untuk mengetahui peran filsafat dalam ilmu pengetahuan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian dan Definisi Filsafat
Filsafat adalah berpikir dan merasa sedalam – dalamnya terhadap
segala sesuatu sampai kepada inti persoalan. Filsafat berasal dari kata Yunani
yang tersusun dari dua kata yaitu philos dan Sophia. Philos berarti senang,
gemar, atau cinta; sedangkan Sophia dapat diartikan sebagai kebijaksanaan.
Dengan begitu filsafat dapat diartikan sebagai suatu kecintaan kepada
kebijaksanaan.
Kata lain dari filsafat adalah hakikat dan hikmah, jadi kalau ad
orang yang mengatakan “ Apa hikmah dari semua ini?”, berarti mencari latar
belakang terdalam kejadian sesuatu itu terjadi, yang dalam filsafat disebut
dengan ontology, epistemologi, dan aksiologi.
Hakikat dan hikmah merupakan dua nama Al – Qur’an di samping
Alfurqan (pembeda), dan dengan demikiankitab suci ini juga berarti filsafat.
Oleh karena itu umat islam yang menolak filsafat sakan secara tidak sengaja
menolak Alqur’an itu sendiri yang mengkaji kehidupan ini secara mendalam, bukan
paksaan, dan secara seimbang mendialektikakan logika, etika, dan estetika.[1]
Sedangkan menurut para tokoh mendefinisikan filsafat sebagai
berikut :
1.
Para filusuf pra – socrate
Filsafat
adalah ilmu yang berupaya untuk memahami hakikat alam dan realitas dengan
mengandalkan akal budi.
2.
Plato
Filsafat
adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni.
3.
Aristoteles
Filsafat
adalah ilmu pengetahuan yang senantiasa berupaya mencari prinsip –prinsip dan
penyebab – penyebab dari realitas yang ada.
4.
Rene Descarte
Filsafat
adalah himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal penyelidikannya adalah
mengenai Tuhan, alam, dan manusia.
5.
William James
Filsafat
adalah suatu upaya yang luar biasa hebat untuk berpikir yang jelas dan terang.
6.
R.F. Beerling
Filsafat
adalah mempertanyakan tentang seluruh kenyataan atau tentang hakikat, asas,
prinsip dari kenyataan.
7.
Louis O. Kattsoff
Filsafat
merupakan suatu analisis secara hati – hati terhadap penalaran – penalaran
mengenai suatu maasalah, dan penyusunan secara sengaja serta sistematis suatu
sudut pandangan yang menjadi dasar suatu tindakan.
8.
Harold H. Titus
Filsafat
adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang
biasanya diterima secara tidak kritis.
9.
Poedjawijatno
Filsafat
adalah ilmu yang menyelidiki keterangan yang sedalam – dalamnya.
10.
Sidi Gazalba
Filsafat
adalah system kebenaran tentang segala sesuatu yang dipersoalkan sebagai hasil
dari berpikir secara radikal, sistematis, dan universal.
11.
Lorens Bagus
Filsafat
adalah upaya untuk menyajikan suatu pandangan sistematik dan lengkap tentang
seluruh realitas.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa filsafat ialah proses
berpikir sistematis, radikal, dan universal terhadap segala yang ada dan
mungkin ada.[2]
B.
Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu Pengetahuan adalah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun
dalam suatu system mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian – bagian dan
hokum – hokum tentang hokum ikhwal yang diselidikinya sejauh yang dapat
dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu penginderaannya, yang
kebenarannya diuji secara empiris, riset dan eksperimental.[3]
Orang yang sudah tahu sudah barang tertentu berbeda dengan orang
yang tidak tahu. Ada beberapa jenis untuk membedakan orang yang tahu dengan
yang tidak tahu; pertama berdasarkan tingkat pengetahuan orang tersebut,
sedangkan kedua berdasarkan luasnya wilayah jangkauan sesuatu yang perlu
diketahui.
Berdasarkan tingkat pengetahuan seseorang dapat dibagi menjadi
empat kriteria,yaitu diantaranya ialah :
1.
Orang yang tahu di tahunya
Yaitu orang yang sadar behwa dirinya mengerti, dengan begitu yang
bersangkutan dengan lapang dada menjelaskan kepadaborang lain yang tidak tahu.
2.
Orang yang tahu di tidak – tahunya
Yaitu orang yang sadar bahwa dirinya tidak mengerti, dengan begitu
yang bersangkutan akan belajar agar selanjutnya menjadi tahu.
3.
Orang yang tidak tahu di tahunya
Yaitu orang yang tidak sadar bahwa dirinya sebenarnya sudah cukup
banyak pengetahuanya, dengan begitu yang bersangkutan biasanya tidak percaya
diri.
4.
Orang yang tidak tahu di tidak – tahunya
Yaitu orang yang tidak sadar bahwa dirinya sebenarnya tidak tahu
apa – apa, dengan begitu yang bersangkutan biasanya sombong dan tidak sadar
diri.
Berdasarkan luasnya wilayah yang perlu
diketahui, menurut Joseph Luth dan Harrington
Ingham dalam Joharry Window dibagi atas, sebagai berikut :
1.
Saya tahu orang lain juga tahu
2.
Saya tahu tetapi orang lain tidak tahu
3.
Saya tidak tahu tetapi orang lain tahu
4.
Saya tidak ahu dan orang lain juga tidak tahu.
Pada
prinsipnya tahu itu adalah terdiri dari sebagai berikut :
1.
Tahu mengerjakan (know to do)
2.
Tahu bagaimana (know how)
3.
Tahu mengapa (know why)
Itulah
sebabnya kmudian lahir berbagai kajian pokok dalam pengetahuan antara lain
ontology, epistemology, dan aksiologi.
Ontology adalah teori tentang ada dan realitas.
Meninjau persoalan secara ontologis adalah mengadakan penyelidikan terhadap
sifat dan realitas dengan refleksi rasional serta analisis dan sintetis logika.
Jadi yang pertamadalam pengetahuan dikenal dulu mengenai “ada” dan “apa”
tentang sesuatu hal.
Epistemology adalah bagaimana sesuatu
datang dan bagaimana kita mengetahuinya, serta bagaimana kita membedakanya
dengan yang lain. Bagaimana adalah pertanyaan yang berkaitan dengan keadaan,
yang berkenaan dengan situasi dan kondisi dimensi ruang dan waktu sesuatu
tersebut.
Aksiologi adalah penerapan pengetahuan,
jadi dibahas mulai dari klasifikasinya, kemudian dengan melihat tujuan
pengetahuan itu sendiri, akhirnya dilihat perkembangannya.
Ilmu adalah suatu objek yang memiliki sekelompok prinsip, dalil,
rumus, yang melalui percobaan sistematis dan dilakukan berulang – kali, telah teruji kebenaranya; prinsip –
prinsip, dalil – dalil, rumus – rumus mana dapat diajarkan dan dipelajari (Sondang
P. Siagian).
Ilmu adalah pengetahuan yang tersusun sistematis dengan menggunakan
kekuatan pemikiran, pengetahuan mana selalu dapat diperiksa dan ditelaah dengan
kritis oleh setiap orang lain yang mengetahuinya (Soerjono Soekanto). Itulah
sebabnya syarat – syarat ilmu harus memiliki objek, terminology, metodologi, filosofi
dan teori yang khas (Prajudi Atmosudirdjo) atau memilliki objek, metode,
sistematika yang khas dan musti universal (Hadari Nawawi).
Ilmu adalah setiap pengetahuan dimana masing – masing bagian
bergantungan satu sama lain yang teratur secara pasti menutut azas – azas
tertentu (Van Paolje). Ilmu sebagai sekelompok pengetahuan teratur yang
membahas sesuatu sasaran tertentu dengan pemusatan perhatian kepada satu atau
segolongan masalah yang terdapat pada sasaran itu untuk memperoleh keterangan –
keterangan yang mengandung kebenaran 9The Liang Gie).
Pengetahuan (knowledge)yang dapat dikenal (identify), dapat
diterangkan (explain), dapat dilukiskan (describe), dapat diperkirakan
(predict), dapat dianalisis (diagnosis), dan dapat diawasi (control) akan menjadi
suatu ilmu (science), (Taliziduhu Ndraha).
Dari pendapat tersebut diatas maka setiap ilmu sudah pasti
pengetahuan, tetapi setiap pengetahuan belum tentu sebagai ilmu, kemudian
syarat yang paling penting untuk keberadaan suatu pengetahuan disebut ilmu
adalah adanya objek, baik objek material maupun objek formal. [4]
C.
Peran Filsafat dalam Ilmu
Pengetahuan
1.
Filsafat sebagai ilmu
Keberadaan filsafat sebagai ilmu sejalan denngan pengertian
filsafat tersendiri mengandung beberapa hal yang berbentuk pertanyaan ilmiah
yaitu, apa, mengapa, kemana, dan bagaimana.pertanyaan yang muncul akibat dari
pertanyaan dimaksud bersifat deskriptif.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ilmu – ilmu selain filsafat
bertolak dari tidak mengetahui menjadi mengetahui, sedangkan filsafat bergerak
dari tahu menjadi lebih tahu dan selanjutnya mengetahui hakekat. Untuk
mengetahui pengtahuan yang bersifat hakekat, harus didahului dengan abstraksi,
berupa tindakan akal untuk menghilangkan keadaan atau sifat – sifat yang secara
kebetulan.
2.
Filsafat sebagai metode berfikir
Berpikir secara
filosofi dapat diartikan sebagai metode berfikir yang radikal, sangat mendalam
sampai kepada hakekat dan menyeluruh atau dari sudut pandang ilmu pengetahuan.
Cara berfikir demikian merupakan langkah untuk berfikir secara tepat dan benar
serta dapat dipertanggungjawabkan, hal tersebut dilakukan dengan berbagai
syarat yaitu :
a.
Harus sistematis pengaruhi oleh keadaan dirinya;
b.
Harus konsepsional;
c.
Harus koheren;
d.
Harus rasional;
e.
Harus sinoptik;
f.
Harus berorientasi kepada pandangan dunia.
3.
Filsafat sebagai suatu sikap dan metode
Filsafat adalah suatu sikap terhadap kehidupan manusia dan alam
lingkungnnya. Hal itu terbukti jika seseorang dihadapkan kepada berbagai
persoalan yang sulit atau kritis, maka kepada filsafat dapat diajukan bagaimana
anda menanggapi hal itu.
Filsafat sebagai suatu metode artiys sebagai cara berpikir secara
reflektif, penyelidikan yang menggunakan alas an, berfikir secara hati – hati
dan teliti. Filsafat berusaha untuk memikirkan seluruh pengalaman manusia
secara mendalam dan jelas. Metode berfikir semacam ini bersifat inklusif dan
synaptic. Berpikir dalam bentuk ini berbeda dengan metode pemikiran yang
dilakukan oleh ilmu – ilmu khusus.[5]
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Filsafat
adalah berpikir dan merasa sedalam – dalamnya terhadap segala sesuatu sampai
kepada inti persoalan. Filsafat berasal dari kata Yunani yang tersusun dari dua
kata yaitu philos dan Sophia. Philos berarti senang, gemar, atau cinta;
sedangkan Sophia dapat diartikan sebagai kebijaksanaan. Dengan begitu filsafat
dapat diartikan sebagai suatu kecintaan kepada kebijaksanaan. Ilmu Pengetahuan adalah hasil
usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu system mengenai kenyataan,
struktur, pembagian, bagian – bagian dan hokum – hokum tentang hokum ikhwal
yang diselidikinya sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran manusia yang
dibantu penginderaannya, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset dan
eksperimental.
Peranan filsafat dalam ilmu pengetahuan adalah filsafat memberi penilaian tentang sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan pengetahuan manusia guna mencapai kebenaran tapi filsafat tidak ikut campur dalam ilmu-ilmu tersebut dimana filsafat selalu mengarah pada pencarian akan kebenaran. Pencarian itu dapat dilakukan dengan menilai ilmu-ilmu pengetahuan yang ada secara kritis sambil berusaha menemukan jawaban yang benar. Tentu saja penilaian itu harus dilakukan dengan langkah-langkah yang teliti dan dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Penilaian dan jawaban yang diberikan filsafat sendiri, senantiasa harus terbuka terhadap berbagai kritikan dan masukan sebagai bahan evaluasi demi mencapai kebenaran yang dicari.
B.
Saran
Jadi peran filsafat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dijaman
modern ini sangat penting, guna untuk mensistematisasikan apa
yang diketahui manusia dan mengorganisasikan proses pencariannya, ilmu-ilmu pengetahuan banyak membantu manusia mengatasi berbagai masalah
kehidupan, serta untuk mengatasi suatu masalah, ilmu-ilmu pengetahuan membutuhkan filsafat. Dalam hal inilah filsafat
menjadi hal yang penting.
DAFTAR PUSTAKA
AM,
M.Ag., Prof. Dr. H. Suhar. 2009. Filsafat Umum Konsepsi, Sejarah dan Aliran.
Jakarta : GP Press.
Maksum,
Ali. 2008. Pengantar Filsafat. Jogjakarta : Ar – Ruzz Media.
Syafiie, Inu
Kencana. 2004. Pengantar Filsafat. Bandung: Refika Aditama.
0 komentar:
Posting Komentar