Kamis, 29 Mei 2014

Musyrif vs Mahasantri PART 1

Posted by iqbal ali wafa On 04.44 | No comments
    Musyrif merupakan pengurus yang mengurusi kegiatan para mahasantri. Dalam bahasa lain, Musyrif merupakan penjaga akhlak untuk mahasantri. Terkadang musyrif mengalami kewalahan untuk mengatur aklak dan kegiatan mahasantri. Entah bagaimana dan mengapa musyrif sampai kewalahan. Panggilan Musyrif atau Musyrifah hanya ditemui di asrama uin maulana malik ibrahim. Jadi, musyrif dan musyrifah sangat langka dan harus dilindungi keberadaanya.
    Ada Musyrif atau Musyrfah ada pula Mahasantri. Jika santri adalah panggilan untuk orang yang mencari ilmu di Pondok Pesantren, namun di asrama uin maulana malik ibrahim, sudah mendapat pangkat “maha” yang bisa diartikan sebagai “lebih”. Jadi mahasantri adalah orang yang mencari ilmu yang berada di pondok dan memiliki kekuatan lebih tinimbang santri yang mencari ilmu di pondok pesantren.
    Makna “lebih atau maha” dalam konteks ini bermaksud, tidak hanya menari ilmu agama saja. Melainkan mencari ilmu dibidang lainya yang telah difokuskan melalui fakultas-fakultas yang telah dipilihnya.

    Musyrif dan mahasantri adalah sama Mahasiswa atau Mahasiswi Uin Maulana Malik Ibrahim. Sama tinggal didalam asrama yang bernama “Ma`Had Sunan Ampel Al `Ali”. Yang membedakan adalah status dalam organisasi ma`had dan tugas-tugasnya.
    Mahasantri banyak yang mengeluh dengan keadaan mereka yang masih dalam naungan ma`had. Walaupun hanya diwajibkan satu tahun. Keluhan keluhan tersebut beragam mulai dari kurang terbiasa jauh dari orang tua hingga faktor eksternal seperti tidak leluasanya kegiatan mereka.
    Penjara suci mungkin bisa menggantikan bahasa perasaan mahasantri yang masih dalam asrama. Mereka disatukan dalam suatu wadah dan diberi siraman siraman rohani. Namun mahasantri tidak bisa leluasa sebebas bebasnya seperti tidak adanya ikatan dengan ma`had.
    Tinjauan dari sisi lain, mahasantri mendapatkan ide ide dan menyalurkan bakat mereka. Bakat bakat mereka yang dikumpulkan dalam satu perkumpulan atau bakat individu sering muncul dalam kegiatan sehari-hari dalam asrama.
    Entah musyrif sadar dan tau atau pura pura tidak sadar akan adanya bakat yang sangat banyak dimahasantri-mahasantrinya. Sehingga banyak bakat-bakat mahasantri yang tidak tersalurkan dan tidak digunakan dengan bagaimana mestinya.
    Sorotan musyrif atau musyrifah yang dengan enaknya pura pura tidak tau akan adanya bakat didalam mahasantrinya sangat mengenaskan. Banyak mahasantri sudah menunjukkan bakatnya namun apa kata musyrif?.....
    Okelah, kalau masalah itu tidak jadi masalah besar, namun ketika mahasantri sudah membantu menjunjung nama baik ma`had dan nama ma`had yang sudah menjadi tempat tinggalnya, namun apa imbalanya dari ma`had atau musyrif?. Bahkan yang memberi imbalan adalah forum forum resmi seperti lomba atau intansi lain yang tidak ada hubunganya dengan ma`had dan musyrif.
    Ada petanyaan dari mahasantri, sebut saja binga dengan nama samaranya. “kok mahasantri yang sudah menjunjung tinggi nama ma`had dan sudah menunjukkan bakatnya tetep saja tidak lulus ma`had? Tidak ada kompensasi kah di ma`had bagi mahasantri yang aktif bagi ma`hadnya? Lalu buat apa kalau kita sudah menjunjung nama baik dan mengangkat nama baik ma`had khususnya ma`had yang sudah di tempat tinggal kita kalau bakat kita tidak diakui dan tidak ada kompensasinya? “. Nah penulis masih memiliki penasaran dengan pertanyaan-pertanyaan itu.

Bersambung, maang 29 mei 2013 18.33

0 komentar:

Posting Komentar

Unordered List

Labels