Selasa, 28 Juni 2016

30 Menit Yang Lalu

Posted by iqbal ali wafa On 15.16 | No comments
Langit mendung, suasana terasa sepi. Dingin menusuk kulit yang belum terkena air. Mata baru terbuka sesaat setelah terpejam dalam nyenyaknya tidur disiang hari. Ku bawa mantel biru tuk sekedar menyelimuti si Vega yang kedinginan diluar sana. Sambil ku lihat beberapa pasang sandal yang terlihat sangan ganjal. Lalu aku terdiam sejenak dan mengingat tiga puluh menit sebelumnya. Aku teringat beberapa orang yang selalu datang ke masjid tuk sholat namun selalu aku berfikir, mengapa setelah mereka mandi dan sholat, selalu meninggalkan bekas dikamar mandi. Terlihat air keruh, sabun disana sini dan pada siang ini sandal sepasang tertukar. Entak sengaja atau tidak.mumpung di bulan ramadlan jadinya berusaha mungkin khusnudzon. Mungkin ingin sandal yang lebih bagus dari sandalnya.

Setelah ku menyelimuti Si Vega yang memang setiap hari tidak memiliki rumah. Tanah sebagai lantainya dan langit sebagai atapnya. Rembulan sebagai lampu malamnya dan pohon sebagai temanya. Aku tak tega padanya namun bagaimana lagi. Dia tak akan mau dan pasti menolak jika ku ajak masuk dalam rumahku. Namun, itu Tak penting. Sekarang yang terpenting adalah kembali pada diriku yang dulu. Bekerja sendiri, tidur sendiri, bercerita sendiri, memimpin sendiri, dimarahi sendiri, bahkan sepasang sandal japitku menjadi sendiri. Entah temanya dibawa lari sama siapa yang tak meninggalkan jejak sama sekali disini.
Kabar yang mengejutkan dan sontak membuat telinga tertusuk benda berat. Selanjutnya apa lagi? Setelah dia dikoskan, nantinya pasti aku akan menemui seperti dia. Entah dikoskan atau dirumahkan. Ada apa sebenarnya? Satu persatu meninggalkan dan samapai kapan hal ini terjadi? Sampai barangku habis? Sampai hidupku sebatang kara dan hanya ada kulit dan tulang?
Setidaknya aku kembali lagi seperti 2 tahun yang lalu, setidaknya aku pernah bersamanya dan pernah bekerja sama denganya. Lalu seperti apa nantinya jikadia dating dan meninggalkanku ? hadiah apa yang mereka berikan padanya? Mungkin kata terindah adalah “terimakasih”. Seberapa banyak permintaan maafmu padanya? Sebandingkah dengan usahanya, dengan pekerjaanya, dengan jerih payahnya, dengan semua pemberianya.
30 menit yang lalu akubercerita pada tuhan, aku mengadu padaNYA. Petapa sulitnya menjalani kehidpan ditengah tengah perbedaan. Ada apa gerangan hal ini terjadi? Apakah ini hanyalah sebuah jalan untuk mendaki derajat? Atau sekedar batu kerikil di tengah jalan raya?.
30 menit yang lalu aku mendengar permintaan maaf dan seorang lagi undur diri. Ia meninggalkan sebuah kisah yang penuh tanda tanya bagi sebagian orang. Hanya saja aku terdiam bukan berarti aku tak peduli. Namun bukan itu, bukan perkara yang itu. Perkara ini lain dan lain. Tak semua orang tau dan tak sedikit orang yang tau. Entah kesalahan awal atau kesalahan sekarang. Kesalahan ucap atau kesalahan perilaku. Mungkin diantara itu. Dalam benakku, aku mohon maaf jika proses silaturrahmi kita selama ini mengundang gelak tawa dan tangisan kesalahan. Terimakasih banyak atas pengetahuan yang engkau berikan. Selamat jalan kawan, semoga engkau sukses di tempat tinggalmu.

Malang, 29/06/16 00:47 (sebuah kisah berantai diantara 30 menit)

0 komentar:

Posting Komentar

Unordered List

Labels