Langit
mendung, suasana terasa sepi. Dingin menusuk kulit yang belum terkena air. Mata
baru terbuka sesaat setelah terpejam dalam nyenyaknya tidur disiang hari. Ku
bawa mantel biru tuk sekedar menyelimuti si Vega yang kedinginan diluar sana.
Sambil ku lihat beberapa pasang sandal yang terlihat sangan ganjal. Lalu aku
terdiam sejenak dan mengingat tiga puluh menit sebelumnya. Aku teringat
beberapa orang yang selalu datang ke masjid tuk sholat namun selalu aku
berfikir, mengapa setelah mereka mandi dan sholat, selalu meninggalkan bekas
dikamar mandi. Terlihat air keruh, sabun disana sini dan pada siang ini sandal
sepasang tertukar. Entak sengaja atau tidak.mumpung di bulan ramadlan jadinya
berusaha mungkin khusnudzon. Mungkin ingin sandal yang lebih bagus dari
sandalnya.
Setelah ku
menyelimuti Si Vega yang memang setiap hari tidak memiliki rumah. Tanah sebagai
lantainya dan langit sebagai atapnya. Rembulan sebagai lampu malamnya dan pohon
sebagai temanya. Aku tak tega padanya namun bagaimana lagi. Dia tak akan mau
dan pasti menolak jika ku ajak masuk dalam rumahku. Namun, itu Tak penting.
Sekarang yang terpenting adalah kembali pada diriku yang dulu. Bekerja sendiri,
tidur sendiri, bercerita sendiri, memimpin sendiri, dimarahi sendiri, bahkan
sepasang sandal japitku menjadi sendiri. Entah temanya dibawa lari sama siapa
yang tak meninggalkan jejak sama sekali disini.
Kabar yang
mengejutkan dan sontak membuat telinga tertusuk benda berat. Selanjutnya apa
lagi? Setelah dia dikoskan, nantinya pasti aku akan menemui seperti dia. Entah
dikoskan atau dirumahkan. Ada apa sebenarnya? Satu persatu meninggalkan dan
samapai kapan hal ini terjadi? Sampai barangku habis? Sampai hidupku sebatang
kara dan hanya ada kulit dan tulang?
Setidaknya aku
kembali lagi seperti 2 tahun yang lalu, setidaknya aku pernah bersamanya dan
pernah bekerja sama denganya. Lalu seperti apa nantinya jikadia dating dan
meninggalkanku ? hadiah apa yang mereka berikan padanya? Mungkin kata terindah
adalah “terimakasih”. Seberapa banyak permintaan maafmu padanya? Sebandingkah
dengan usahanya, dengan pekerjaanya, dengan jerih payahnya, dengan semua
pemberianya.
30 menit yang
lalu akubercerita pada tuhan, aku mengadu padaNYA. Petapa sulitnya menjalani
kehidpan ditengah tengah perbedaan. Ada apa gerangan hal ini terjadi? Apakah
ini hanyalah sebuah jalan untuk mendaki derajat? Atau sekedar batu kerikil di
tengah jalan raya?.
30 menit yang
lalu aku mendengar permintaan maaf dan seorang lagi undur diri. Ia meninggalkan
sebuah kisah yang penuh tanda tanya bagi sebagian orang. Hanya saja aku terdiam
bukan berarti aku tak peduli. Namun bukan itu, bukan perkara yang itu. Perkara
ini lain dan lain. Tak semua orang tau dan tak sedikit orang yang tau. Entah
kesalahan awal atau kesalahan sekarang. Kesalahan ucap atau kesalahan perilaku.
Mungkin diantara itu. Dalam benakku, aku mohon maaf jika proses silaturrahmi
kita selama ini mengundang gelak tawa dan tangisan kesalahan. Terimakasih
banyak atas pengetahuan yang engkau berikan. Selamat jalan kawan, semoga engkau
sukses di tempat tinggalmu.
Malang, 29/06/16 00:47 (sebuah
kisah berantai diantara 30 menit)
0 komentar:
Posting Komentar