Banyak cerita mengenai perjuangan cinta, baik para
pemuda maupun orang yang tua. mungkin cinta pada orang tua berbeda dengan cinta
para pemuda. Cinta orang tua dapat berupa cinta pada keluarganya entah anaknya,
istrinya atau cucunya. Jika dikaitkan dengan agama, maka cinta orang tua dapat
diartinkan banyak sekali. Salah satu cinta orang tua pada keluarganya adalah
bagaimana membentuk keluarga yang harmonis dan dapat mencukupi kebutuhan
keluarga serta berharap keluarga atau keturunanya lebih baik darinya. Namun
kita tidak banyak membahas itu.
Seorang pemuda akan mengalami masa pubertas, dimana
masa tersebut adalah masa peralihan dari masa kanak kanak menuju masa remaja,
setelah masa pubertas barulah beralih pada masa dewasa. Dimana setiap cerita
cinta pasti berbeda. Yang mana masa remaja mereka ingin diakui siapa dirinya
dan banyak diantara mereka berbenah diri, merubah penampilan dan banyak yang
diakukanya seiring ingin mendapatkan pengakuan. Entah pengakuan dari lawan
jenis atau sesame teman.
Pada masa dewasa, rasa sayang, rindu dan cinta
telah mengalami metamorfosa. Sehingga perasaan tersebut jauh lebih sempurna dan
tidak dinilai main main. Mereka yang telah berada dimasa dewasa awal, ingin
bahwa mereka ingin berbagi kasih sayang dan ingin meneruskan keturunanya.
Sehingga mereka ingin mengejar yang namanya cinta terhadap lawan jenis.
Tujuanya tidak hanya ingin diakui melainkan sudah ke ranah agama. Yakni ingin
mendapatkan sunnah nabi yang mana dapat ditempuh dengan menikah. Isi komunikasi
tak lagi bermain-main namun telah merumuskan tujuan hubungan mereka.
Jika waktu ini tidak dibatasi dengan iman yang kuat
dan kendali diri yang super kuat, maka hal tersebut akan menjadi bencana.
Bahkan berujung pada penyesalan. Melalui televisi, berita tentang hubungan
diluar nikah dan berujung pada hamil tanpa ayah telah banyak dipublis entah di
kampus umum atau kampus islami. Dimana norma mereka, bolehlah menjalin
hubungan, namun jangan sampai keblabasan. Jika cinta, jika sayang, jika dan
jika, segerakan bertanya pada orang tuanya dan tanyakan bolehkah menjalani ta
aruf dengan halal? Karena menurut saya taaruf dijalani selama hidup bersama.
Hal ini sependapat dengan ust. Salim alfillah.
Lalu seperti apa jika kita rindu ingin bertemu?
Jika kita ingin bertemu namun terhalang jarak? Jika ingin bertemu tapi tiada
waktu? Jika kita ingin bertemu namun tak berani melakukan? Rindu tersebut
berawal dari hubungan komunikasi yang intim (dekat). Komunikasi tersebut
semakin lama semakin nyaman, semakin lama semakin serius dan semakin lama
semakin menumbuhkan kemistri.
Rindu dapat kita titipkan pada tuhan yang Maha Esa,
yang mana rindu tersebut akan tersimpan dan kita terjaga dari hawa nafsu,
terjaga dari norma agama dan pastinya terjaga dari norma masyarakat. Bagaimana
caranya? Kita berdoa dan jika perlu kita tulis namanya diatas kertas dan
berdoa. Semoga kita ditemukan dengan keadaan halal. Jika benar dia adalah jodoh
dan akan ditakdorkan bersama maka tak dapat dibantah dan pasti bertemu. Rindu
yang selama ini menggelora pasti menemukan ujung.
Malang, 20 juni 2016
Santri kuliah
0 komentar:
Posting Komentar