Sabtu, 25 Juni 2016

Khusnudzon Sebagai Kunci Ketentraman

Posted by iqbal ali wafa On 15.38 | No comments

Ketentraman, apa yang anda rasakan ketika mendengarkan kata “tentram”? bukankah kententraman adalah keinginan setiap manusia? Darimana ketentraman itu berasal? Mengapa ketentraman hanya sesaat atau mungkin tak kunjung datang?.
Memang benar, orang orang mengidamkan ketentraman dimana mereka rela berpindah atau bahkan rela memodifikasi lingkungan agar mereka merasakan ketentraman. Tentram, damai, kalau bahasa jawanya  adem ayen tentrem loh jinawi, adalah salah satu tujuan hidup manuisa. Mencari pekerjaan gar dapat makan, membeli sandang pangan dan papan ujung ujungnya ia ingin mendapatkan ketentraman. Hidup rukun, tiada permusuhan, tiada pertentangan diantara warga masyarakat, ujung ujungnya mereka ingin ketentraman juga.

Ketentraman pada dasarnya adalah fikiran bawah sadar dimana fikiran tersebut dapat dibentuk atau dikendalikan. Mengapa demikian ketentraman adalah rasa yang diberikan oleh stimulus dari luar dan akan direspon menjadi perilaku atau perbuatan. Sebelum menjadi perbuatan secaara tidak sadar akan diproses dalam otak yang mana ada dua kemungkinan. Kemungkinan pertama adalah presepsi bahwa stimulus dari luar adalah baik, yang mana dalam hal ini adalah khusnudzon dan yang kedua adalah menganggap bahwa stimulus yang masuk dalam fikiran adalah stimulus yang negative, yang mana dinamakan suudzon.
Nah, sekarang apa yang anda rasakan jika semua perbuatan manusia kita ambil sisi positivnya? Yang suka mencuri kita anggap “ou dia lapar, tidak kebagian pekerjaan, seandainya dia punya kerja tetap mungkin tia tidak jadi pencuri”. Selain itu, di membicarakan kejelekan kita. Kita anggap bahwa mereka Cuma tau satu dari banyak kejelakan yang lain. Ada juga ketika mendapatkan orang  yang jatuh terkena batu dan sedikit luka. Kita anggap “untung masih bisa jalan”.
Bagaimana? Bisa kita praktikkan dimanapun kita berada dan hati terasa tenang. Memang berat diawal. Tapi kita kembali lagi pada prinsip berat berat dahulu, bersusah susah dahulu bersenang senang kemudian. Berbaik baik sangka dahulu merasakan ketentraman kemudian.

Minggu, 19 juni 2016 05:22
Iqbal el rosyid (santrikuliah)


0 komentar:

Posting Komentar

Unordered List

Labels